Sebenarnya pertanyaan inilah yang banyak muncul dikalangan orang-orang pada umumnya. Mudah saja jawabnya, seorang pendaki asal inggris mengatakan, “kenapa saya mendaki gunung?”, “Karena gunung itu ada!”. Pastilah tidak akan memuaskan jawaban tersebut. Dibalik itu semua, karena pendaki tersebut sebenarnya juga tidak bisa mengatakan bagaimana nikmat dan nyamannya saat berada dipuncak gunung, saking nikmatnya, dia sampai bingung harus berkata apalagi! Itu menurut analisa saya.
Mendaki gunung tak ubahnya menurut kebanyakan orang adalah kegiatan yang batas antara hidup dan mati dipisahkan hanya dengan benang tipis. Berhasil gagal, cerah badai, hidup mati, itu semua adalah resiko yang sangat wajar bagi seorang pendaki gunung. Semua itu dapat diminimalisir dengan pelbagai analisa dan persiapan yang matang, orientasi medan yang tepat, tentunya semuanya dapat diminimalkan.
Pada awalnya, saya sendiri mendapat tentangan dari orang tua dan saudara, namun lama kelamaan mereka mulai sadar dengan yang saya lakukan. Sekarang, mereka sudah bisa mensupport dengan sepenuh hati, walaupun kadang masih ada selentingan yang saya biarkan saja. Mendaki gunung sudah menjadi bagian dari rutinitas kehidupan setiap pecinta alam sejati, tentunya disertai dengan kesadaran akan ikut melestarikan dan menjaga dari ulah tangan-tangan jahil yang merusak.
Keindahan alam yang tidak terhingga nilainya bukan untuk diambil, dan di eksploitasi serta dijarah yang mengakibatkan pelbagai bencana alam. Tentu saja yang menjadi korban adalah manusia sendiri, manusia yang serakah dan tidak pernah puas dengan yang ada.
Oki budi atmojo