Sunday, June 10, 2007

PERJALANAN




HIDUP ITU PENUH DENGAN TANTANGAN


SETIAP SAAT PASTI ADA SAJA YANG DATANG


TERKADANG MENENGGELAMKAN KENYATAAN DAN REALITA


MENGALAHKAN KEBENARAN DAN SEMUA KEADILAN




SEJENAK MANUSIA HARUS MEMIKIRKAN


SEJAK AKU BERJALAN DI PADANG ARCAPADA


HINGGA AKU TERSESAT SESAAT DI ALAS LALIJIWO


AKU TETAP DALAM KENESTAPAAN




MALAMKU SERASA PAGI


KESEMUAN YANG MENYEBALKAN DAN TIADA AKHIR


SEBUAH KENYATAAN DALAM KEHIDUPAN MONOTON


PERJUANGANKU TAK AKAN BERHENTI


HINGGA SAAT AKU MENAPAKI ANNAPURNA

Wednesday, April 25, 2007



BROMO ADVENTURE CAMP
8 FEBRUARI 2005
TEAM: OKI,FERI,BUDI,RIRIS,
ISA,DEKA,RETNO,
CEMET.

Tuesday, April 24, 2007

“Kenapa Saya Mendaki Gunung?”

Sebenarnya pertanyaan inilah yang banyak muncul dikalangan orang-orang pada umumnya. Mudah saja jawabnya, seorang pendaki asal inggris mengatakan, “kenapa saya mendaki gunung?”, “Karena gunung itu ada!”. Pastilah tidak akan memuaskan jawaban tersebut. Dibalik itu semua, karena pendaki tersebut sebenarnya juga tidak bisa mengatakan bagaimana nikmat dan nyamannya saat berada dipuncak gunung, saking nikmatnya, dia sampai bingung harus berkata apalagi! Itu menurut analisa saya.
Mendaki gunung tak ubahnya menurut kebanyakan orang adalah kegiatan yang batas antara hidup dan mati dipisahkan hanya dengan benang tipis. Berhasil gagal, cerah badai, hidup mati, itu semua adalah resiko yang sangat wajar bagi seorang pendaki gunung. Semua itu dapat diminimalisir dengan pelbagai analisa dan persiapan yang matang, orientasi medan yang tepat, tentunya semuanya dapat diminimalkan.
Pada awalnya, saya sendiri mendapat tentangan dari orang tua dan saudara, namun lama kelamaan mereka mulai sadar dengan yang saya lakukan. Sekarang, mereka sudah bisa mensupport dengan sepenuh hati, walaupun kadang masih ada selentingan yang saya biarkan saja. Mendaki gunung sudah menjadi bagian dari rutinitas kehidupan setiap pecinta alam sejati, tentunya disertai dengan kesadaran akan ikut melestarikan dan menjaga dari ulah tangan-tangan jahil yang merusak.
Keindahan alam yang tidak terhingga nilainya bukan untuk diambil, dan di eksploitasi serta dijarah yang mengakibatkan pelbagai bencana alam. Tentu saja yang menjadi korban adalah manusia sendiri, manusia yang serakah dan tidak pernah puas dengan yang ada.


Oki budi atmojo

Tuesday, April 17, 2007

MENDAKI GUNUNG, SEBUAH TANTANGAN


Sebuah judul buku dari seorang pendaki Indonesia, yang mempunyai cita-cita menjadi orang Asia Tenggara pertama yang berhasil menyatukan tujuh puncak dunia. Namun sayang, saat menjajaki puncak kelima, Norman Edwin tewas di Puncak Gunung Aconcagua di Argentina Amerika Selatan 1992. Bagi kebanyakan orang, hal seperti itu dianggap suatu hal yang gila, kenapa para pendaki tetap saja mendaki sekalipun banyak terjadi kecelakaan yang merenggut jiwa mereka.
Orang-orang Indonesia macam Soe Hok Gie, Idhan Lubis, atau yang terakhir menjadi pahlawan gunung Indonesia yakni Norman Edwin pun, sebenarnya tidak ingin mati lebih dulu dengan cerita seperti itu. Namun Soe Hok Gie pernah berujar, seorang pendaki gunung atau pecinta alam, tidak pantas mati di balik selimut tempat tidur, dan itu pula yang terjadi pada dirinya, saat tewas di Puncak Gunung Semeru pada tahun 1969.
Gunung bukan untuk ditaklukan melainkan untuk didaki dan dipelajari dan dijadikan suatu tempat yang penuh dengan pelajaran, pengetahuan, dan dijaga akan kelestariannya. Budaya vandalisme atau yang biasa orang-orang awam lakukan dengan mengambil sesuatu dari alam, mencorat-coret, merusak, sungguh sangat menyedihkan.
Sebenarnya dengan mendaki gunung, kita dapat mempelajari banyak hal, terutama bagaimana menghargai hidup kita, dan ciptaan Yang Maha Kuasa. Dengan persiapan yang matang dan pengetahun tentang pendakian yang cukup akan sangat membantu kita dalam keberhasilan kita saat mendaki gunung. Karena pastinya kita akan sangat mengerti kondisi diri kita, dengan begitu persiapan yang dilakukan pastinya akan lebih matang. Namun kita tentunya tidak bisa memperkirakan dengan pasti, apa yang akan terjadi di atas nanti.
Banyak pendaki yang tewas karena berbagai faktor yang tidak terduga. Kebanyakan kalaupun telah berhasil mencapai puncak, saat turun mayoritas pendaki sudah banyak kehilangan konsentrasi dan terkadang bertindak kurang hati-hati karena ingin cepat sampai dibawah tanpa memperhatikan keadaan. Akibatnya banyak yang masuk jurang, kehilangan jejak atau tersesat.
Mendaki gunung bisa menyadarkan kita akan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, kita bukan apa-apa, hanya secuil dari ciptaannya. Saat dipuncak gunung itulah kita dapat merasakannya, melihat betapa besar dan gagahnya gunung, indahnya alam, kerlipan bintang di langit yang tak pernah berhenti membuat kita semakin terpesona.
“ Jangan pernah takut mendaki gunung. Orang yang mendaki gunung belum tentu akan mempercepat kematian, melainkan orang yang tidak mendaki gunung belum tentu pula akan memperlambat kematian. Karena semua itu hanya ada pada takdir Yang Maha Kuasa”
Oki Budi Atmojo